Selasa, 05 Mei 2015

Aku bukan detektif #4

Jebakan


Meet n Greet pun dimulai,
Dengan sepanduk tertuliskan : Detektif baru dengan insting baru akan memecahkan kasus pembunuhan calon dekan.

"Ehem." Aku berdehem tak tau harus mulai berbicara apa. Aku menatap ke arah Jack yang duduk di sebelah kiriku. Dia tersenyum sambil memberi aba-aba untuk segera bicara. Tapi apa yang harus aku bicarakan. Meet n Greet diadakan di salah satu ruang kelas di kampusku ini. Kenapa ga di aula kampus? Ya karena disana sudah diadakan acara Developing Personal apalah itu, aku ga tau dan ga mau tau. Karena acara itu aku jadi terasingkan di ruang kelas ini dengan hanya ada dua orang yang mendatanginya, yaitu aku dan Jack.


Tak lama kemudian ada seseorang yang menghadiri acara kami, yaitu Nani. Aku perfikir itu normal saja, secara Nani satu-satunya orang yang ingin kasus ini cepat diselesaikan. "Percayalah padaku, kasus ini akan aku selesaikan." Tanpa ku sadari, aku telah berbicara seperti itu. Jack hanya bisa bertepuk tangan, dan ruangan itu kembali sunyi.

Sebelum Jack pulang, kami sempatkan untuk bertukar nomor ponsel. "Kalo ada perlu apa-apa, hubungi aku ya." Kata Jack, aku hanya mengangguk mengiyakannya. Berikutnya aku hanya melamun di sela sela waktu kosongku. Sorenya aku pergi menjejakan kaki tanpa arah tujuan, dan aku berhenti di tengah jembatan penyeberangan. Menatap indahnya gemerlap lampu kendaraan di jalan raya dan gemerlap lampu air mancur pada taman pelangi.

Entah jam berapa ini, aku kembali di apartemennya Jack. Disini sangat sunyi, entah sekarang Jack sedang ada dimana. Tiba-tiba ada pesan masuk ke dalam ponselku, ini dari Jack.

"Aku sedang di kampusmu, aku menemukan petunjuk penting. Kamu bisa kesini malam ini jam 10?"

Aku lihat jam pada ponselku, dia menunjukkan jam 9. Langsung saja aku menuju kampusku.

Aku memasuki ruang kimia yang sudah diberi garis polisi yang ada di lantai tiga kampusku ini. Aku memperhatikan keadaan sekitar, dan aku tak bisa menemukan Jack.

"Pyarrr." Suara kaca pecah, kaca jendela ruang ini bersamaan dengan suara letusan petasan yang tersamar oleh suara kaca jendela yang pecah itu. Aku pun berlari ke jendela itu dan melihat keluar. Apa yang aku lihat di luar adalah tubuh seseorang telah terlentang tak bernyawa, tepat di tempat ayah dan dosenku terbunuh. Dan korban ketiga itu adalah Jack. Mataku terbelalak melihat keadaannya, hingga tersadarkan oleh cahaya senter yang diarahkan padaku.

"Adit!" Seru polisi itu yang memanggil namaku, mungkin mereka petugas yang mengenal ayahku hingga mereka tau siapa namaku. Dan nama ini secara tak langsung menjadi daftar tersangka pada kasus yang aku tangani. Aku dijebak, kini yang aku bisa hanya berlari dan berlari. Menjauhi mereka yang memburuku. Di tengah dinginnya malam ini.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar